Pada suatu
hari hiduplah seorang putri yang cantik, lembut, mandiri, pekerja keras dan
penyayang. Putri cantik itu biasa dipanggil dengan seutan dek cempluk atau neng
cempluk. Biarpun cempluk ini seorang wanita, tapi keberanianya sungguh luar
biasa. Di desa benggololah tempat cempluk hidup dan mencai nafkah. Cempluk
dilahirkan untuk hidup sendiri. Rangtuanya meninggal ketika berada di hutan.
Sungguh malang nsip si cemplu.
Ketika pagi
hari telah tiba, bersiaplah cempluk untuk pergi ke sawah untuk mengolah ladag
warisan dari orang tuanya.
“pagi neng
cempluk” sapa mang giman.
“mangga
mang giman” cempluk menjawab dengan ramah.
Seluruh
desa hamper suka dengan kepribadian cempluk. Namun disisi lain ada seorang putri
anak dari pak lurah yang suka mengejek bahkan menghina cempluk. Ketika cempluk
sedang berada disawah, lewatlah putri mina didekat ladangnya cempluk.
“hay cewek
melarat, lagi ngapain? Lagi cari orong-orong ya?” celoteh putri mina kepada
cempluk.
“cari kerja
neng, buat makan sehari-hari” jawab cempluk sambil menatap arah putri mina.
“hahaha….
Dasar cewek kummel, kumelll iuhhh cuiihhhhh” kata putri mina sambil meludah.
Untuk
setiap harinya cempluk selalu dibuli, diolok-olok juga dihina seperti itu. hamper
setiap hari bahkan setiap bertemu tidak memandang disitu ada siapa? Putri mina
selalu menjelek-jelekan cempluk. Tapi bukan berati dengan hinaan itu cempluk
patah semangat, cempluk adalah wanita yang sangat kuat dan juga tangguh. Siap
menghadapi cobaan yang ada.
Suatu hari,
ketika berada di lading tiba-tiba cempluk dikagetkan seorang pria yang tampan
dan mungkin asing bagi cempluk berada di depannya cempluk tepat dilereng
ladangnya cempluk.
“neng mau
Tanya neng. Rumahnya pak madin mana ya neng? Tanya seorang pria itu kepada
cempuk.
“oalah
rumahnya pak madin ya?? Jawab cempluk sambil mengusap keringat dikeningnya.
“iya neng..
neng tau sebelah mana ya? Saya keponakannya?” jawab pria itu dengan senyum
kepanasan
“tetangga
saya kang. Mari saya antar saya juga mau pulang sudah siang saya haus” kata
cempluk sambil melangkah menuju tepi lading. “mari kang ikut saya”
Mereka
berduapun berjalan bersama-sama menuju rumahnya pak madin. Tiba-tiba tampk dari
kejauhan ada putri mina yang terlihat dengan wajah marahnya menghampiri
cempluk.
“plakk”
tamparan dari putri mina.
Cempluk terdiam dan berkata
“ada apa
lagi putri?”
“hey.. kamu
siapa? Berani-beraninya nampar cempluk. Memang dia punya salah apa?” pria itu
menjawab dengan tegas.
“ganteng..
dia itu wanita melarat kamu gak pantes sama dia?”
Mang deden yang tau kejadian itu meletakkan pikulan
sayurannya dan langsung menghampiri putri mina dan cempluk.
“putri
mina, kau ini memang kaya, cantik. Tapi apa hak kamu untuk menyakiti neng
cempluk. Kamu ini memang wanita tak tau diri. Dasar pengecut” mang deden
berkata dengan nada marahnya.
“hey pak
curut diem kamu, dasar curut”
Perseteruan
itu kemudian berakir saat si cempluk mengalah untuk tidak menanggapi hal
tersebut. Mungkin sie putri mina iri dengan cempluk karena cempluk berjalan
dengan cowok gagah perkasa juga tampan.
Hari demi
hari telah berlalu, hingga suatu hari pria tampan keponakan dari mang madin
mengatakan bahwa ingin ikut dengan cempluk ke ladang.
“neng
cempluk” panggil pria itu dari rumah mang madin
“iya kang”
cempluk menjawab sambil menoleh kea rah pria itu.
“aku ikut
donk boleh kan. Boleh lah” kata pria itu sambil memohon.
“boleh
mangga” jawab cempluk dengan senyum khasnya.
Mereka
berdua berjalan menuju ladang berdua. Ditengah perjalanan pria itu bertanya
tentang sesuatu.
“neng
cempluk. Kenapa sih kamu harus diam ketika si nenek lampir itu menghina kamu?”
Tanya pria itu dengan penasaran.
Cempluk menatap pria itu sambil tersenyum dan berkata
“kenapa
harus marah, saya gak bakal marah ataupun kecewa selagi tidak menjelek-jelekkan
emak dan abah saya,, yang sekarang sudah tenang di alam sana”
Pria itu
semakin penasaran dengan cempluk dan juga kepribadian cempluk. Jadi tak heran
jika pria itu menjadi teman dekatnya cempluk.
Suatu hari,
ketika matahari sudah mulai tenggelam dan badan cempluk sudah mulai lelah
cempluk pun pulang kerumah bersama pria itu, teman dekatnya. Ketika
diperjalanan cempluk bertemu dengan putri mina. Hinaanpun muncul dengan
pedasnya namun 1 yang membuat hati cempluk marah dan kecewa puti nina mengina
orang tua cempluk.
“dasar
cewek haram, kenapa kamu masih mendekati pria itu. kenapa?? Kamu itu udah gak
punya apa-apa, udah gak punya abah gak punya emak aja sok belagak. Eling donk
emak dan abah kamu meninggal karena apa? DIMAKAN BUAYA!!!!!”
Ketika
putri mina berkata seperti itu,
tiba-tiba petir dan gemuruhpun datang. Petir menyala nyala dengan sendirinya.
“putri..
aku telah bersabar selama ini. Apa kamu gak puas menghina saya. Saya dengan
nano pria ini gak ada apa apa? hanya berteman. Kalo memang kam tak suka dengan
saya, bilang. Bilang ke saya dan jangan pernah menyangkut keluarga saya
khususnya emak dan abah saya. Saya bersumpah siapa dia yang menyakiti emak abahku
yang sekarang di alam sana, akanku jadikan dia siapa pohon”
Ketika
cempluk mengatakan sumpahnya allah langsung mengubah putri mina menjadi pohon.
Sumpah itu diiringi dengan gemuruh dan petir yang hebat. Semua yang menyaksikan
itu kaget melihat fenomena seperti itu.
Setelah
putri mina mejadi pohon, berubahlah suasana menjadi terang seperti layaknya
hari sore, petang tiba. Semua warga mendekat kepada cempluk.
“neng.. ini
neng mina kah?” Tanya mang deden
“iya mang
ini putri mina, saya namakan pohon ini pohon cemplukan. Yang saya ambil dari
nama saya sendiri?, agar neng mina sadar dengan apa yang dia perbuat saat ini”.
Akhirnya
desa itu tertram dengan sendirinya, setiap hari warga dari desa itu saling sapa
tidak saling mengina. Semuanya hidup rukun dan juga damai.
THE
END
Oleh : Arik Rahmatul R
No comments:
Post a Comment